Selasa, 22 November 2011

CARA MEMBACA PETA

CARA MEMBACA PETA
1. sifat-sifat garis kontur
  1. Garis kontur dengan ketinggian yang lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi, kecuali bila disebut secara khusus untuk hal-hal tertentu seperti kawah.
  2. Garis kontur tidak akan pernah berpotongan
  3. Beda ketinggian antara dua garis kontur adalah tetap, walaupun kerapatan dua garis kontur tersebut berubah-ubah.
  4. Daerah datar mpunyai kontur yang jarang-jarang, sedangkan daerah terjal atau curam mempunyai garis kontur yang rapat.
  5. Garis kontur tidak akan pernah bercabang.
  6. Punggung gunung atau bukit terlihat di peta sebagai rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “U” yang ujung melengkungnya menjauhi  puncak.
  7. Lembah terlihat di peta sebagai rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “V” yang ujungnya tajam dan menjorok ke arah puncak.
  8. Garis kontur berbentuk kurva tertutup.
  9. Garis ketinggian pembantu, menyatakan ketinggian antara (tengah-tengah) antara dua garis yang berurutan.
2. Ketinggian Tempat
Untuk menentukan suatu ketinggian pada peta, yaitu dengan cara melihat interval kontur pada peta dan lalu hitung ketinggian tempat yang ingin diketahui. Memang ada perkiraan umum yaitu : interval kontur = 1/200 skala peta. Tetapi perkiraan ini biasanya tidak selalu benar. Beberapa peta topografi keluaran Direktorat Geologi Bandung aslinya berskala 1 : 50.000 (interval kontur 25 m), tetapi kemudian diperbesar menjadi berskala 25.000 dengan kontur interval yang tetap 25 m. Dalam misi SAR gunung hutan misalnya, sering kali suatu diperbesar dengan cara di fotocopy untuk ini interval kontur peta tersebut haruslah tetap dituliskan.
Sering peta yang dikeluarkan oleh Bakorsutanal (1 : 50.000) membuat garis kontur tebal untuk setiap kelipatan 250 m (kontur tebal untuk ketinggian 750, 1000, 1250 m dan seterusnya) atau setiap selang sepuluh kontur.
Peta yang dikeluarkan oleh AMS (Army Map Service) yang berskala 1 : 50.000, membuat garis kontur tebal untuk setiap kelipatan 100 m. Misalnya : 100,200,300 m dan seterusnya.
Peta yang dikeluarkan oleh Direktorat Geologi Bandung tidak seragam ketentuan garis konturnya. Dari informasi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada ketentuan khusus dan seragam untuk menentukan garis kontur tebal.
Bila ketinggian garis kontur tidak dicantumkan, maka untuk mengetahui ketinggian suatu tempat haruslah dihitung dengan cara sebagai berikut :
a. Cari dus titik yang berdekatan yang harga ketinggiannya diketahui (tercantum).
b. Hitung selisih ketinggian antara kedua titik tersebut hitung berapa kontur yang terdapat diantara keduanya (jangan menghitung garis kontur yang sama harganya bila kedua titik terpisah oleh lembah).
c. Dengan mengetahui selisih ketinggian  dua titik tersebut dan mengetahui juga jumlah kontur yang terdapat, dapat dihitung berapa interval konturnya (harus merupakan bilangan bulat).
d. Lihat kontur terdekat dengan salah satu titik ketinggian. Bila kontur terdekat itu berada diatas titikmaka harga kontur itu lebih besar dari titik ketinggian itu. Bila kontur berada dibawah maka harganya lebih kecil. Hitung harga kontur terdekat itu yang harus merupakan kelipatan dari harga interval kontur yang telah diketahui dari point (c).
Lakukanlah perhitungan diatas sampai merasa yakin harga yang didapat untuk setiap kontur benar, cantumkan harga beberapa kontur pada peta anda (kontur 1000, 1.250, 1,500 dan seterusnya) agar mudah mengingatnya.





3. Titik Triangulasi
Selain dari garis-garis kontur, kita juga dapat mengetahui tingginya suatu tempat dengan pertolongan titik ketinggian. Titik ketinggian ini biasanya disebut juga titik triangulasi. Titik triangulasi adalah suatu titik atau benda yang merupakan pilar atau tonggak yang menyatakan tinggi mutlak suatu tempat dari permukaan laut. Titik triangulasi digunakan oleh jawatan-jawatan atau topografi untuk  menentukan suatu ketinggian tempat dalam pengukuran ilmu pasti pada waktu pembuatan peta. Macam titik triangulasi :
a.  Primer          : P. 14 3120
b.  Sekunder     : S. 75 1750
c.  Tertier         : T. 16 975
d. Quartier      : Q. 20 350
e.  Antara        : TP. 23 670
Dibilang diatas tanda strip menyatakan nomor registrasi dari kadaster, dan bilangan di bawah strip adalah tinggi mutlak dari permukaan laut.

4.    Mengenal Tanda Medan
Disamping tanda pengenal yang terdapat di legenda peta topografi, kita bisa menggunakan bentuk-bentuk atau bentang alam yang menyolok di lapangan, dan mudah dikenali di peta, yang akan kita sebut dengan: “tanda medan”. Beberapa tanda medan yang dapat kita “baca” dari peta sebelum anda berangkat ke lokasi, tetapi kemudian harus anda cari di lokasi. Beberapa tanda medan yang dapat diperhatikan:
  1. Puncak gunung atau bukit, punggung gunung, lembah antara dua puncak,  dan bentuk-bentuk tonjolan lain yang menyolok.
  2. Lembah yang curam, sungai, pertemuan anak sungai, kelokan sungai, tebing-tebing sungai.
  3. Belokan-belokan jalan, jembatan (perpotongan antara sungai dengan jalan), ujung desa, persimpanga-persimpangan jalan.
  4. Bila berada di pantai, muara sungai dapat menjadi tanda medan yang sangat jelas, begitu juga tanjung yang menjorok ke laut, teluk-teluk yang menyolok, pulau-pulau kecil, delta, dsb.
  5. Pada daerah dataran atau rawa-rawa biasanya sukar menentukan tonjolan permukaan bumi atau bukit-bukit yang dapat dimanfaatkan sebagai tanda medan. Pergunakanlah belokan-belokan sungai, muara-muara sungai kecil.
  6. Dalam penyusuran di sungai, kelokan tajam, cabang sungai, tebing-tebing. delta. dsb, dapat dijadikan sebagai tanda.
Pengertian tanda medan ini mutlak perlu dikuasai, sebab akan berguna sekali, dan akan digunakan pada uraian selanjutnya mengenai penggunaan “teknik peta dan kompas”.

Menghitung Skala Pada Peta Yang Tidak Mencantumkan Informasi Skala

Untuk mengetahui skala pada peta yang tidak mencantumkan informasi skala, dapat kita cari dengan menggunakan berbagai cara antara lain :

  • Membandingkan jarak 2 obyek (titik) pada peta dengan 2 obyek pada jarak sebenarnya, dengan rumus :
Pembandingan menggunakan cara pertama ini sangat cocok digunakan untuk peta-peta yang berskala besar (peta yang lingkup wilayahnya sangat sempit), misalnya peta RT, peta RW, peta Dusun, dan peta pada kepemilikan lahan pribadi. Hal ini karena jika akan dilakukan pengukuran pada jarak sebenarnya maka kita tidak akan mudah melakasanakannya.
Contoh :
Sebuah peta kadaster yang tidak memiliki informasi skala setelah dilakukan pengukuran diketahui, jarak antara 2 obyek pada peta adalah 4 cm. Sedangkan pada pengukuran jarak antara 2 obyek sebenarnya di lapangan diketahui 30 meter. Berapakah skala peta tersebut?
S = Js : Jp
S = 30 meter : 4 cm
S = 3000 cm : 4 cm
S = 750 cm
Jadi skala peta tersebut adalah 1 : 750
================================================
  • Membandingkan dengan peta lain yang sama memiliki skala yang berbeda
Contoh :
Ronnir mendapatkan sebuah peta wilayah Kecamatan Majapahe tidak mencantumkan informasi skala. Untuk mengetahui skala peta tersebut kemudian Ronnie membandingkan dengan peta Kecamatan Majapahe yang lain yang ada informasi skalanya.  Dari hasil perbandingan diketahui jarak antara 2 titik pada peta yang tidak berskala tersebut adalah 2 cm, sedangkan pada peta yang berskala 1 : 100.000 jarak antara 2 titik yang sama adalah 5 cm. Maka berapa skala peta yang belum mencantumkan informasi skala tersebut?
P 2 = (J1 : J2) x P 1
P 2 = (5 : 2 ) x 100.000
P 2 = (2,5) x 100.000
P 2 = 250.000
Jadi skala pada peta yang belum mencantumkan informasi skala tersebut adalah 1 : 250.000
================================================
  • Jika peta yang tidak berskala tersebut peta topografi/kontur maka skala peta kita hitung dengan memperhatikan interval antar kontur (Ci – Contour Interval)
Contoh :
Sebuah peta topografi daerah gunung berapi diketahui memiliki jarak antar garis kontur sebesar 20 m, maka berapa skala pada peta kontur tersebut?
S = 2.000 x Ci
S = 2.000 x 20
S = 40.000
Jadi skala pada peta kontur tersebut adalah 1 : 40.000

Selasa, 15 November 2011

PERSYARATAN TEKNIS PEMBUATAN PETA GEOMORFOLOGI

Peta geomorfologi disusun berdasarkan hasil interpretasi inderaan jauh dan pengamatan/penelitian lapangan yang disajikan dalam bentuk gambar, mela lui proses kartografi. Keterangan peta ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
2.1 Penyiapan peta
Pada tahap penyusunan peta geomorfologi, semua unsur yang menjadi persyaratan dalam pembuatan peta harus dimasukkan dan disesuaikan dengan keter sediaan ruang pada lembar peta.
2.1.1 Sumber data
Sumber data yang diperlukan dalam pelaksanaan pembuatan peta geomorfologi, di antaranya: peta rupabumi, foto udara, citra satelit dan lain -lain. Peta rupabumi yang digunakan mengacu pada sistem penomoran lembar peta Bakosurtanal.
2.1.2 Sistem referensi koordinat
Sistem referensi koordinat peta geomorfologi mengacu kepada sistem referensi geodetik nasional yang ditetapkan oleh Bakosurtenal, berdasarkan peraturan yang berlaku.
2.1.3 Ukuran lembar peta
Batas ukuran dan luas lembar peta ditentukan berdasarkan koordinat, untuk skala 1:250.000 adalah 1,5 x 1 derajat, 1:100.000 adalah 30 x 30 menit, 1:50.000 adalah 15 x 15 menit, sedangkan untuk skala 1:25.000 adalah 7,5 x 7,5 menit.
2.1.4 Pemerian geomorfologi
Unsur geomorfologi yang tercantum dalam peta geomorfologi meliputi satuan geomorfologi (bentukan asal dan bentukan lahan), morfologi, jenis batuan, proses geomorfologi, tanah/soil dan tutupan lahan.
2.2 Penyajian peta
Penyajian peta disusun menurut bagan tata letak sesuai Gb. 1. Perubahan tat a letak dapat dilakukan selama proses pengkartografian, dengan ketentuan peta geomorfologi
memuat:
peta geomorfologi
1) judul peta
2) nama dan nomor lembar peta
3) instansi penerbit/pimpinan instansi
4) peta geomorfologi
5) garis penampang geomorfologi (A-B-C)
6) peta lokasi daerah pemetaan
7) lokasi indek lembar peta
8) skala peta
9) cakupan foto udara/citra satelit
10) nama penyusun & tahun terbitan
11) daftar istilah toponimi
12) penampang geomorfologi
13) perian satuan geomorfologi
14) simbol
15) sumber data
16) nama penelaah/penyunting dll
Gb. 1. Contoh tata letak peta geomorfologi
2.3 Simbol
Simbol merupakan tanda yang dipergunakan untuk mengutarakan informasi geomorfologi pada peta, berupa huruf dan angka, warna, garis dan corak.
2.3.1 Huruf dan angka
Huruf dan angka digunakan untuk menunjukkan satuan geomorfologi. Huruf digunakan untuk menunjukkan bentukan asal dari satuan bentuk lahan. Angka digunakan untuk menunjukkan jenis bentuk lahan pada masing-masing bentukan asal (Tabel 1).
Contoh penamaan satuan peta:
V1.1 = V adalah bentukan asal gunungapi dan angka 1 adalah jenis bentuk lahan (kerucut gunungapi), sedangkan .1 adalah bentuk lahan rinci.
2.3.2 Warna
Warna digunakan untuk membedakan satuan bentukan asal (Tabel 1). Untuk masingmasing
bentuk lahan diberi simbol warna gradasi dari tua ke muda sesuai dengan warna dasar bentukan asal.
2.3.3 Garis
Garis digunakan untuk mengekspresikan elemen-elemen geomorfologi dan batas satuan
peta geomorfologi.
TABEL 1 SIMBOL HURUF DAN WARNA UNIT UTAMA GEOMORFOLOGI
UNIT UTAMA KODE/HURUF WARNA
Bentukan asal struktur S (Structure) ungu
Bentukan asal gunungapi V (Volcanic) merah
Bentukan asal denudasi D (Denudasi) coklat
Bentukan asal laut M (Marine) biru
Bentukan asal sungai/fluvial F (Fluvial) hijau
Bentukan asal angin A (Aeolian) kuning
Bentukan asal kars K (Karst) orange
Bentukan asal glasial G (Glacial) biru terang
3. UNSUR TAMBAHAN
3.1 Penelaahan peta (Scientific Editors)
Penelaahan naskah peta geomorfologi dilakukan oleh para ahli geomorfologi dan ahli kebumian lainnya
3.2 Pengemasan
Peta geomorfologi dilipat menurut kaidah yang berlaku untuk memudahkan pemakai melihat judul peta geomorfologi tersebut dan dimaasukkan ke dalam kantong yang disediakan. Peta geomorfologi dapat juga dikemas dalam bentuk format digital (CD room)
kriteria peta geo
Citra
gambaran suatu gejala atau objek hasil rekaman dari sebuah sensor, baik dengan cara optik, elektrooptik maupun elektronik.
Citra merupakan salah satu jenis data hasil penginderaan jauh yang berupa data visual/gambar. Citra sering disebut dengan Image atau  Imagery. Hasil penginderaan jauh selain citra misalnya adalah data digital atau data angka/numerik.

Citra dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Citra Foto (photographic image)
yaitu citra yang yang dihasilkan dari perekaman obyek di permukaan bumi yang menggunakan sensor kamera fotografik.
2. Citra Nonfoto (nonphotographic image)
yaitu citra yang dihasilkan dari perekaman obyek di permukaan bumi yang menggunakan sensor nonkamera yang merekam dengan cara memindai/scanning
Beberapa perbedaan antara citra foto dengan cira nonfoto antara lain :
No Variabel pembeda Citra Foto Citra Non Foto
1 Sensor Kamera -   Non kamera, atas dasar pemindaian -   Kamera yang detektornya bukan film
2 Detektor Film Pita magentik, termistor, foto konduktif, foto voltaik
3 Proses perekaman Fotografik/kimiawi Elektronik
4 Mekanisme perekaman Serentak Parsial
5 Spektrum Elektromagnetik Tampak dan perluasannya Tampak perluasannya, termal serta gelombang mikro

Selasa, 08 November 2011

MATERI IPS KELAS IV MEMBACA dan MENGGAMBAR PETA


Membaca dan Menggambar Peta
1.Peta atau map
     adalah gambar seluruh atau sebagian permukaan bumi dalam bidang datar dengan perbandingan tertentu. Peta memberikan informasi tentang suatu wilayah.
2.Agar terampil membaca peta kita harus mengetahui unsur-unsur peta.
    Unsur peta terdiri dari:
    a. judul peta;
        Judul peta menunjukkan nama peta. Judul peta ditulis di bagian atas denganhuruf yang menonjol.
    b.garis tepi peta;
        batas-batas pinggir gambar peta. Fungsi garis tepi untuk menulis angka-angka derajat astronomis.
    c.legenda;
        keterangan-keterangan yang menjelaskan simbol-simbol pada peta. Biasanyalegenda terletak di bagian bawah sebelah kiri ataupun  kanan.
    d.symbol;
       gambar yang digunakan untuk mewakili objek-objek dalam peta. Misalnya symboluntuk danau, sungai, jalan, rel kereta, ibukota  provinsi, batas kabupaten, dan sebagainya,berbentuk warna, garis, dan gambar.
    e.skala;
       perbandingan jarak pada peta dengan jarak yang sesungguhnya. Sebuah peta selaludibuat jauh lebih kecil dari keadaan yang sebenarnya. Akan tetapi, letak, jarak, dan arahnyaseperti keadaan yang sebenarnya.
       Ada dua macam  jenis skala yaitu:
       – Skala angka (skala numerik)
         disebut juga skala perbandingan. Skala biasanya ditulis dibagian bawah. Misalnya dalam sebuah peta kita menemukan
         Skala 1:10.000, artinya jarak 1 cm pada peta sama dengan 10.000 cm di permukaan bumi.
      – Skala garis,
         ditunjukkan oleh garis lurus yang dibagi dalam bagian-bagian yang sama.Panjang masing-masing ruas = 1 cm.
      Manfaat skala dalam menggambar sebuah peta adalah sebagai berikut;
      – Dengan skala kita dapat memperbesar atau memperkecil sebuah peta /           gambar tertentu.
      – Dengan skala kita dapat menggambar suatu tempat yang sangat luas di atas kertas yangkecil.
      – Dengan skala kita dapat mengetahui atau menentukan jarak suatu tempat yang satudengan tempat lainnya.
    f.penunjuk arah (mata angin);
      jarum pedoman atau garis yang menunjukkan arah suatutempat. Mata angin juga berarti arah, jurusan, atau kiblat suatu tempat.  Penunjuk arah mataangin dalam peta sangat penting. Penunjuk mata angin membantu kita bisa menjelaskanposisi suatu tempat.
   g.garis astronomis;
      berguna untuk menentukan letak suatu tempat atau wilayah.
     Garis-garisyang tegak disebut  garis bujur.
     Sementara yang garis-garis yang mendatar disebut garis lintang.
3. Arti warna-warna dalam peta sebagai berikut.
     a.Warna hijau : menunjukkan dataran rendah.
     b.Warna kuning :menunjukkan dataran tinggi.
     c.Warna cokelat : menunjukkan daerah pegunungan.
     d.Warna putih : menunjukkan puncak pegunungan yang tertutup salju.
     e.Warna biru : menunjukkan daerah perairan (laut, sungai, danau). Warna biru untuk laut,dibedakan ketajamannya. Gunanya untuk menunjukkan kedalaman laut. Warna biru tua untuklaut dalam dan biru muda untuk laut dangkal.
4.Membaca peta
wilayah provinsi kita bisa menempuh langkah-langkah berikut ini.
    a. Mencari gambar peta provinsi dalam buku atlas.
    b. Menentukan letak wilayah provinsi.
    c.Menyebutkan batas-batas wilayah provinsi.
    d.Menyebutkan pembagian wilayah provinsi.
    e. Menjelaskan kenampakan alam dan buatan yang ada.
5.Cara yang paling mudah untuk menggambar peta adalah menjiplak peta yang sudah ada. Dalam menggambar kita harus tetap     memerhatikan skala.
6.Berdasarkan skala itu itu kita bias menghitung jarak sesungguhnya.
7.Pada awal kemerdekaan, jumlah provinsi di Indonesia cuma ada delapan. Kedelapan provinsi ituadalah Sumatera, Jawa Barat, Jawa   Tengah, Jawa Timur, Borneo, Sulawesi, Sunda Kecil (NusaTenggara) dan Maluku. Jumlah provinsi di Indonesia mengalami perubahan. Sekarang ini negaraIndonesia dibagi